“Hai sekalian manusia, makanlah yang halal lagi thayyib dari
apa yang terdapat di bumi, dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah
syaitan; karena Sesungguhnya syaitan itu adalah musuh yang nyata bagimu.” (QS. Al-Baqarah; 2:168)
Perintah mengkonsumsi segala sesuatu yang halal sejatinya
ditujukan kepada seluruh umat manusia, baik manusia yang beriman maupun kafir.
Seruan “Hai sekalian manusia” pada surat Al-Baqarah ayat 168 tersebut bersifat
universal. Ini sebagai salah satu bukti bahwa ajaran islam
tidak hanya diperuntukkan kepada umat Islam saja. Kalimat tersebut juga
menunjukkan sifat Rahmaan (kasih sayang)-nya Allah subhanahu wa ta’ala yang
menghendaki jalan kebaikan kepada seluruh umat manusia.
Makanlah yang Halal !
Halal artinya diizinkan / diperbolehkan oleh Allah subhanahu
wa ta’ala. Lawan katanya adalah haram, artinya dilarang oleh Allah subhanahu
wa ta’ala. Sementara kata Thayyib artinya baik, maksudnya
adalah segala
yang suci, tidak najis dan tidak menjijikkan yang dijauhi jiwa manusia.
Lawannya adalah Khabits ( sesuatu yang buruk), maksudnya segala
sesuatu yang najis dan atau menjijikan serta membahayakan tubuh dan akal,
seperti darah, bangkai, racun, kotoran dan barang-barang yang bersifat buruk
lainnya (Tafsir
Ibnu Katsir 1/482, Tafsir as-Sa’di hlm.68).
Pada dasarnya hukum segala sesuatu itu halal, kecuali yang
diharamkan oleh Allah subhanahu wa ta’ala. Hal ini mengacu pada kaidah
fiqh :
“Hukum asal dari sesuatu adalah boleh sampai ada dalil yang
melarangnya (memakruhkannya atau mengharamkannya).”
Hal ini menjelaskan bahwa fitrahnya, sesuatu yang halal lebih banyak dan lebih mudah
didapatkan dibandingkan yang haram. Dan sebaliknya, sesuatu yang diharamkan
Allah subhanahu wa ta’ala sangat sedikit kuantitasnya.
Jangan Ikuti Langkah Syaitan !
Perintah mengkonsumsi yang halal dan thayyib adalah
perintah yang menghendaki kebaikan pada manusia, baik itu kebaikan jiwanya,
raganya, maupun akalnya. Sedangkan mengkonsumsi yang haram dan khabiits
dapat menjauhkan diri dari kebaikan.
Sesuatu yang halal dan thayyib dapat menjadi vitamin
bagi manusia agar lebih mudah menangkap pesan keimanan dan juga sebagai imun
agar manusia tidak mengikuti langkah-langkah syaitan.
Imam Ibnu Katsîr rahimahullah mengatakan,
“Sesungguhnya setan , musuh kalian itu, menyuruh kalian melakukan
perbuatan-perbuatan buruk. Yang lebih keji (parah dari itu), menyuruh berbuat
faahisyah (perbuatan keji) seperti perzinaan dan lainnya. Dan (menyuruh) yang
lebih buruk lagi dari itu, yaitu mengatakan sesuatu tentang Allâh Azza wa
Jalla tanpa dasar ilmu (dari-Nya). Termasuk orang yang berkata mengenai
Allâh Azza wa Jalla tanpa dasar ilmu (sembarangan) adalah setiap orang
kafir dan orang yang berbuat bid’ah” (Tafsir Ibnu Katsir 1/483). Wallahu a’lam bish-shawwab. (Gusma Abdullah N.M., S.Sos.I)
0 comments:
Post a Comment